Muhammadiyahkukar.Org, Tenggarong – Pelaksanaan Pelatihan Kader Dasar Taruna Melati 1 (PKDTM 1) oleh Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PC IPM) Tenggarong mendapat apresiasi tinggi dari Muhammad Ridwan, Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kutai Kartanegara. Ridwan melihat kegiatan ini sebagai momentum strategis dan krusial bagi keberlangsungan gerakan Muhammadiyah.
Dalam pernyataannya, Ridwan menekankan bahwa kaderisasi adalah investasi masa depan. Ia menilai PKDTM 1 ini bukan sekadar agenda rutin, melainkan langkah penting yang harus dibina secara serius. “Saya secara pribadi atas nama PDPM Kutai Kartanegara sangat mengapresiasi atas terlaksananya kegiatan perkaderan ini. Ini merupakan momentum vital untuk kaderisasi bagi kaum anak muda, terutama adik-adik kita di IPM di berbagai tingkatan,” ujar Ridwan, pada Rabu (17/09/2025).
Lebih lanjut, Ridwan menyatakan bahwa pembinaan kader tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab IPM semata. Ia berharap agar ayahanda di Muhammadiyah dan ibunda di Aisyiyah juga turut andil. “PKDTM 1 ini merupakan langkah strategis yang penting dan harus dibina oleh PD IPM Kukar, termasuk juga dibina oleh para ayahanda di Muhammadiyah dan ibunda di Aisyiyah. Masa depan kaderisasi dan pelopor arah gerak dakwah Muhammadiyah berada di tangan para kaum muda,” tegasnya.
Ridwan juga menyampaikan harapan besar kepada para kader IPM. Ia mendorong mereka untuk terus aktif dalam proses kaderisasi, tidak membatasi ruang gerak, serta membuka pandangan luas. “Tanamkan dalam diri tentang nilai keislaman dan nilai dakwah Muhammadiyah. Ruang lingkup belajar paling besar ada dalam ranah kegiatan kaderisasi, sedangkan di sekolah hanya 30 persen yang bisa didapatkan,” paparnya, menggarisbawahi pentingnya pendidikan informal di luar ruang kelas.
Terakhir, ia berpesan kepada pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah di tingkat daerah maupun cabang untuk senantiasa mendukung dan memotivasi para kader. “Jangan membatasi ruang gerak mereka. Buka seluas-luasnya agar mereka berekspresi, belajar berdialektika, dan mengasah retorika untuk menuntut ilmu,” tutupnya, memberikan penekanan pada pentingnya kebebasan berekspresi sebagai bagian dari proses pembelajaran kader. (Bambangmpid)